26 Januari 2011

Ketika Sang 'Singa Bekasi' Murhali Barda Menangis

BEKASI (voa-islam.com) – Di balik kesan garang di mata musuh-musuh Islam, sang ‘Singa Bekasi’ Murhali Barda ternyata berhati lembut. Di pengadilan ia berdoa, menangis dan menitikkan air mata. Apa makna airmata sang Singa Bekasi?

Dalam sidang lanjutan kedelapan kasus HKBP Ciketing di Pengadilan Negeri Bekasi, Senin (24/1/2011), mengagendakan pemeriksaan terdakwa KH Murhali Barda. Tak seperti biasanya, kali ini suasana di luar pengadilan tidak terlihat keramaian dan orasi massa ormas-ormas Islam Bekasi. Juga tak terlihat massa mengenakan slayer putih bertuliskan tinta merah “Bebaskan Murhali Barda dkk!”

Sidang kali ini pun berlangsung singkat, karena tidak ada saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum maupun kuasa hukum terdakwa.

Untuk kesekian kalinya, Ustadz Murhali dicecar pertanyaan seputar orasi yang pernah dilakukan di Ciketing dan kiriman SMS kepada Ade Firman. Seperti pernyataan Murhali dalam sidang sebelumnya, bahwa ia tidak pernah melakukan pertemuan khusus dan orasi di Ciketing.

Di persidangan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyerahkan alat bukti berupa facebook perihal seruan jihad Ustadz Murhali Barda terkait kasus Ciketing. Namun Ustadz Murhali hanya mengatakan tidak ingat alias lupa.

Di akhir persidangan, Hakim Ketua memberi kesempatan kepada mantan Ketua FPI Bekasi Raya itu untuk menyampaikan keterangan tambahan.

“Ada yang ingin disampaikan?” tanya dia.

Ustadz Murhali Barda yang tampil kharismatik mengenakan serban warna hijau berpadu jubah putih ini angkat bicara, seraya mengangkat telunjuknya ke langit. “Lakum dinukum waliyadin!! Semoga Allah memberi kedamaian di negeri ini,” katanya dengan suara lantang.

Sejurus kemudian, alumnus Pesantren Modern Darussalam Gontor ini mengajak audien untuk berdoa. Belum selesai bibirnya mengucapkan sepatah kata, tiba-tiba suara itu terputus dan terhenti beberapa saat. Suasana menjadi hening. Seisi ruangan sidang memandangi KH Murhali Barda. Mata sang ‘Singa Bekasi’ pun berkaca-kaca dan meneteskan air mata. Sesekali ia mengusap air mata dengan surbannya. Terdengar isak tangis Ustadz Murhali. Kepada Hakim Ketua, ia sempat meminta maaf, karena tak kuasa menahan perasaan harunya.

Pengunjung yang menyaksikan pun terbawa suasana. Seorang ibu terdengar isak tangisnya dengan suara yang lebih keras dari sang Singa Bekasi. Seorang pemuda turut larut seraya memekik takbir. Pengunjung yang lain pun menyambut pekikan takbir tersebut. Allohu Akbar!! Allohu Akbar!!!

Di balik kesan garang di mata musuh-musuh Islam, sang Singa Bekasi ini berhati lembut.

Sang Singa Bekasi benar-benar menitikkan air mata. Tapi insya Allah mujahid ini bukan menangis karena dituduh ekstrimis. Air matanya mengucur bukan tangisan duka oleh sebab dipenjara. Hatinya gundah bukan lantaran resah dan duka di kursi terdakwa. Tapi karena ada cita-citanya dan amalan jihad yang belum tertunaikan dengan tuntas.

Kepada para mujahid Bekasi, sang Singa Bekasi ini berpesan dengan sabda baginda Nabi: “Barangsiapa belum berperang dan tiada keinginan untuk turut berperang, jika ia mati. Maka ia berada dalam salah satu cabang kemunafikan.”

....Semoga hujan yang mengguyur Bekasi pagi ini akan menumbuhkan ribuan Mujahid di tanah Patriot. Dan saya berharap dirimu adalah satu di antara mereka, saudaraku....

Nyala api jihad senantiasa bergelora di benaknya. Ketika hujan mengguyur Bekasi dan sekitarnya, di balik jeruji besi sang Singa Bekasi merenung dan berdoa untuk kebaikan para aktivis Muslim:

“Semoga hujan yang mengguyur Bekasi pagi ini akan menumbuhkan ribuan Mujahid di tanah Patriot. Dan saya berharap dirimu adalah satu di antara mereka, saudaraku....!” doa Murhali dalam facebooknya.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan iman, ikhlas, semangat, ketegaran, kesabaran dan kekuatan pada sang Singa Bekasi. Jadilah istiqamah sebagai mujahid Islam. Semoga kita semua dipertemukan Allah Ta’ala di dalam surga-Nya. Amiin. [taz, desastian]
Sumber: voa-islam.com

0 komentar:

Posting Komentar