21 Januari 2011

Impor Beras Sulit Turunkan Harga di Pasar Nasional

BANDUNG, (PRLM).- Pembebasan bea masuk untuk komoditas beras, sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan, dinilai tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan stok beras nasional. Pemerintah seharusnya lebih dulu memperhatikan upaya penguatan internal, untuk menyelamatkan musim panen mendatang, dibanding memikirkan impor beras.

"Negara-negara pengekspor beras utama untuk Indonesia, yaitu Thailand dan Vietnam, juga menghadapi ancaman kekurangan stok sehingga dipastikan tidak akan banyak beras yang akan mereka jual," ujar Wakil Ketua Umum Kadin Jabar, Bidang Pertanian, Kehutanan & Peternakan, Sonson Garsoni, di Bandung.

Di sisi lain, menurut Sonson, pembebasan bea masuk juga tak akan bisa menurunkan harga beras di pasar nasional. Karena selain besaran bea impor yang lima persen kurang signifikan untuk menentukan harga, mekanisme permintaan dan penawaran di pasar beras akan lebih menentukan.

Oleh karena itu, dalam jangka pendek, tugas pemerintah yang paling utama adalah menjaga agar tidak terjadi semacam panic buying, yang membuat pemintaan beras mebludak, sambil terus mencari solusi untuk meningkatkan pasokan.

"Meningkatkan pasokan itu tak harus dengan impor saja. Paling utama adalah mencari cara agar produksi dalam negeri tetap bagus. Cuaca ekstrem memang akan menyebabkan banyak gagal panen, tapi sebenarnya ada cara-cara untuk menyisatinya. Dan ini yang belum saya lihat dilakukan pemerintah," katanya.

Dijelaskan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan kekuatan tanaman pangan. Misalnya dengan memberikan vitamin-vitamin khusus untuk lahan pertanian sehingga tanamannya menjadi lebih kuat menghadapi cuaca ekstrem.

Berdasarkan berbagai temuan, tambah Sonson, salah satu penyebab gagal panen dalam menghadapi cuaca ekstrem adalah masalah lemahnya vigor (daya tahan) tanaman. Daerah-daerah yang gagal panen umumnya memilki vigor padi yang relatif lemah. Tetapi di beberapa daerah lain, sekalipun sama mengalami perubahan cuaca ekstrem, panennya tetap terjamin.

Menurut Sonson, vigor padi yang lemah umumnya bisa dicirikan dari intensitas penggunaan pupuk kimia yang tinggi. (A-135/A-147)***

Sumber: Pikiran Rakyat Online

0 komentar:

Posting Komentar