26 Januari 2011

Bencana Longsor Masih Rentan Terjadi di Jawa Barat

SUBANG, (PRLM).- Bencana longsor dan gerakan tanah masih terus mengancam sejumlah daerah di Jawa Barat. Bahkan ancaman tersebut diprediski semakin menguat pada pertengahan Pebruari hingga Maret mendatang

Demikian dikatakan Kepala Subbidang Mitigasi Gerakan Tanah pada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Wawan Irawan, ketika menyampikan paparannya dalam Rapat Koordinasi Lintas Sektoral Penaggulangan Bencana Alam Tingakt Kab. Subang yang dilaksanakan di Aula Markas Kepolisian Resort Subang, Rabu (26/1).
Hadir dalam acara itu Kepala Polres Dadang Hartanto, Komandan Brigif 312 Kala Hitam Letkol Inf. Pipin Firmansyah, utusan dari Lanud Suryadharma Kalijati, para Kapolsek, para camat, perwakilan dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dan PMI Cab. Subang. Selain itu terlihat pula Kepala Perum Bulog Subdivre Subang-Purwakarta Opa Sutiana dan para tamu undangan lainya yang terkait dengan permasalahan bencana alam.

Menurut Wawan, pada Februari dan Maret curah hujan diperkirakan bakal tinggi. Kondisi cuaca semacam itu merupakan faktor utama pemicu terjadinya bencana longsor dan gerakan tanah.

Disebutkan, daerah yang masuk klasifikasi rawan longsor dan gerakan tanah di wilayah Jawa Barat di antaranya adalah Kabupaten Bandung, Cianjur, Sukabumi, Garut, Sumedang, Majalengka, Ciamis dan Kuningan. Saking banyaknya daerah yang masuk dalam zona merah bencana longsor dan gerakan tanah, maka Provinsi Jawa Barat, merupakan daerah yang menduduki ranking pertama terhadap ancaman bencana itu. "50 prosen peristiwa bencana alam longsor dan gerakan tanah secara nasional terjadi di Jawa Barat," tutur Wawan.

Dikatakan Wawan, pada periode Januari 2011 saja telah terjadi peristiwa tanah longsor di wilayah Pangalengan. Tetapi intensitas bencan tersebut tergolong rendah, sehigga kurang terpublikasikan media massa.

Sementara, lanjut Wawan, pada tahun 2010 silam, frekwensi bencana longsor dan gerakan tanah di Jawa Barat tercatat terjadi 109 kali. Dari jumlah bencana tersebut, sebanyak 79 jiwa melayang sia-sia. Agar bencana tersebut tidak terus menimbulkan banyak korban, terutama korban manusia, pihak BMKG telah mengimbau para kepala daerah melakukan upaya sosialisasi dan pelatihan antisipasi dan tanggap darurat bencana kepada warga yang lokasi pemukimannya masuk dalam zona merah bencana.

"Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan tersebut, masyarakat bakal lebih waspada ketika bencana benar-benar terjadi. Dengan demikian, munculnya korban jiwa bisa diminimalisasi,” kata Wawan.

Pada kesempatan yang sama, Kapolres Dadang Hartanto mengatakan, pihaknya sengaja memprakarasi rapat tersebut agar semua pihak benar-benar siap menghadapi bencana yang kemungkinan bakal terjadi di Kab. Subang. “Setelah mendapatkan paparan dari masing-masing instansi terkait, setidaknya kami bisa mengkoordinasikan penyelamatan korban di derah bencana,” kata Kapolres.(A-106/A-147)***

Sumber: Pikiran Rakyat Online

0 komentar:

Posting Komentar