PRINCETON, (PRLM).- Para astronom mengklaim telah menemukan sebuah planet yang bisa mengandung pegunungan berlian. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Nature, belum lama ini. "Tingginya rasio karbon-oksigen menunjukkan adanya karbida atau interior berlian," kata Nikku Madhusudhan, astrofisikawan dari Universitas Princeton, seperti dilansir Australian Broadcasting Corp.
WASP-12b adalah sebuah planet yang jaraknya sekitar 871 tahun cahaya dari Bumi, planet ini tampaknya memiliki jumlah karbon di atmosfernya yang luar biasa banyak. Jumlah yang tinggi karbon di atmosfer planet itu bisa menunjukkan bahwa inti padat planet ini penuh dengan berlian, bukan lagi material yang kaya silikon dan oksigen seperti di planet Bumi. Seperti diketahui, intan terbentuk ketika karbon dikompresi pada suhu yang sangat tinggi.
"Ini adalah wilayah baru dan akan memotivasi peneliti untuk mempelajari terbentuknya bagian inti planet kaya karbon ini," kata Madhusudhan.
Madhusudhan dan timnya dapat menganalisa komposisi kimia planet ini karena planet raksasa ini sangat dekat dengan bintangnya dan memiliki suhu permukaan hampir 4.000 derajat Fahrenheit.
"Teleskop Antariksa Spitzer dapat mendeteksi panas planet ini, dan mempelajari radiasi ini bisa memberitahu kita molekul apa yang ada di atmosfernya," kata Coel Hellier dari Universitas Keele di Staffordshire, Inggris. (Aya/kur)***
Sumber: Pikiran Rakyat Online
WASP-12b adalah sebuah planet yang jaraknya sekitar 871 tahun cahaya dari Bumi, planet ini tampaknya memiliki jumlah karbon di atmosfernya yang luar biasa banyak. Jumlah yang tinggi karbon di atmosfer planet itu bisa menunjukkan bahwa inti padat planet ini penuh dengan berlian, bukan lagi material yang kaya silikon dan oksigen seperti di planet Bumi. Seperti diketahui, intan terbentuk ketika karbon dikompresi pada suhu yang sangat tinggi.
"Ini adalah wilayah baru dan akan memotivasi peneliti untuk mempelajari terbentuknya bagian inti planet kaya karbon ini," kata Madhusudhan.
Madhusudhan dan timnya dapat menganalisa komposisi kimia planet ini karena planet raksasa ini sangat dekat dengan bintangnya dan memiliki suhu permukaan hampir 4.000 derajat Fahrenheit.
"Teleskop Antariksa Spitzer dapat mendeteksi panas planet ini, dan mempelajari radiasi ini bisa memberitahu kita molekul apa yang ada di atmosfernya," kata Coel Hellier dari Universitas Keele di Staffordshire, Inggris. (Aya/kur)***
Sumber: Pikiran Rakyat Online
0 komentar:
Posting Komentar