30 Januari 2011

Jenderal Koneksi Israel Menggantikan Mubarak?

Di jalan-jalan di Kairo pada hari Sabtu, teriakan dan yel-yel para demonstran sangat jelas, ketika mereka menanggapi pidato Presiden Hosni Mubarak. Mubarak menyatakan bahwa ia akan mengganti pemerintahannya - dan ini hanya taktik Mubarak yang ingin menyalamatkan dirinya dari kemarahan rakyat. Semuanya akan sia-sia.

Banyak taktik yang digunakan Mubarak, yang sebenarnya hanya membuang-buang waktu, dan ingin mengelebaui rakyat, saat menghadapi kemarahan yang meluas di seluruh Mesir, Jum'at lalu. Di jalan-jalan di seluruh Mesir, rakyat meneriakkan yel-yel, "Rakyat ingin rezim Mubarak jatuh", suara yel-yel mereka. Pada hari Sabtu, suara rakyat di jalanan sangat jelas bahwa mereka hanya meneriakan, "Kami hanya ingin Fir'aun itu segera pergi dari Mesir", di Tahrir Square. Mereka tidak membutuhkan reshufle (pergantian) kabinet.
"Semua orang tahu bahwa Mubarak tidak membuat keputusan", kata seorang wanita muda di Cairene yang tidak mau menyebutkan namanya. "Mengapa dia berpikir rakyat masih menginginkan dia?", kata Mustafa, 47, seorang guru di Kairo. "Apa dia pikir dia firaun", tambahnya.

"Rakyat hanya ingin dia pergi," kata Mahmoud, seorang pemuda mengambil gambar sebuah mal yang terbakar di tepi sungai Nil, menjarah pada hari Jumat malam. "Dan sepertinya kita hampir sampai.. Saya tidak tahu bagaimana, tetapi kita bisa merasakannya, kekuasaan Mubarak akan berakhir", ujarnya

Sabtu, Mubarak mengambil sumpah Omar Suleiman (76), kepala intelijen Mesir, sebagai wakil presiden. Keputusan ini sudah dapat diprediksi sebelumnya. Ini merupakan hasil negosiasi antara kepentingan AS dan Israel. Di mana kedua negara itu ingin Mubarak tetap melanjutkan misinya bagi kepentingan Israel dan AS. Khususnya menjaga stabilitas di kawasan Timur Tengah, dan mengeliminasi setiap ancaman bagi kedua negara 'induk semangnya', yaitu Israel dan AS.

Sebelumnya, Dubes AS di Cairo, Margareth Scoby, secara intensif melakukan dialog di berbagai kalangan, termasuk pihak fihak-fihak yang mewakili kepetingan Israel. Ini memang sangat aneh, karena selama 30 tahun pemerintahannya, Presiden Mesir tidak pernah memiliki wakil presiden, maka spekulasi bahwa anaknya Gamal sedang dipersiapkan sebagai ahli waris dinasti itu dengan sendirinya tidak terjadi. Dan, Omar Sulaimen memiliki misi khusus yang akan mengantarkan proses transisi politik di Mesir, yang memungkinkan dirinya menggantikan Mubarak.

Seperti kabar yang beredar, spekulasi merebak bahwa kepala intelijen Mesir, yang akan menjadi presiden bayangan, yang memiliki dukungan dari militer Mesir masih populer, adalah kaki tangan AS dan Israel, yang akan mengelola transisi perubahan, dan menjaga komitmen internasional Mesir, khususnya terhadap kepentingan Israel yang menyangkut keamanan negara Yahudi, yang mendapatkan dukungan AS.

Omar Sulaiman, yang menjadi Kepala Intelijen Mesir, sudah berkarya di bidangnya dalam kurun waktu yang panjang, hampir 20 tahun, yang sebelumnya seorang perwira kavaleri. Omar memiliki pengalaman diplomasi internasional, khususnya menjalankan misi khusus Israel dan AS, yang bertujuan untuk mencegah Hamas, agar tidak membahayakan keamanan Israel.

Omar terus menekan Hamas agar mau menerima Otoritas Palestina (PA) dan Mahmud Abbas, dalam sebuah pemerintahan koalisi. Israel dan AS tahu, misi yang harus dijalankan oleh Omar itu hanyalah untuk 'mengerdilkan' kekuatan Hamas. Omar juga menjalankan misi Israel, menekan Hamas untuk melepaskan Kopral Gilad Shalid, yang diculik, dan sampai sekarang belum dibebaskan.

Omar Sulaimen, sebelum invasi militer Israel ke Gaza berlangsung, beberapa kali melakukan kunjungan ke Yerusalem, bertemu dengan Perdana Menteri Olmert dan Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak.

Wikileaks yang membuka kabel diplomatik AS baru-baru ini yang menyebutkan Suleiman sebagai pengganti potensial untuk Mubarak. Informasi Wikileaks itu menggambarkan kepala intelijen Mesir, Omar Sulaiman sebagai "kepercayaan' Mubarak," mengutip kabel AS bahwa Sulaeman dengan "latar belakang militer", yang sudah berkuasa dalam beberapa dekade bersama Mubarak.

Mubarak bukan hanya menunjuk kepala intelijen Mesir, tetapi juga mengangkat panglima angkatan udara Mesir, yang sebelumnya menjadi menteri perhubungan dan transportai udara, diangkat menjadi perdana menteri yang baru. Ahmed Atief yang dekat dengan kalangan militer, diharapkan dapat mengendalikan militer Mesir, agar tetap berpihak kepada Mubarak, di hari-hari akhir kekuasaannya.

Tetapi, hari Minggu, aksi kembali pecah di seantero Mesir, yang pada pagi harinya tampak tenang, di mana sebelumnya telah terjadi konfrontasi habis-habisan antara rakyat Mesir melawan polisi anti huru-hara, dan aparat militer, pasa hari Jum'at. Rakyat kembali melakukan aksi, di tengah-tengah tindakan Mubarak, yang ingin mengacaukan akski para demonstrans dengan menggerakan para 'kriminal' melakukan penjarahan. Ini semuanya adalah taktitk busuk Mubarak.

Para demonstran menyatakan, "Saya rasa ini adalah akhir dari Mubarak," teriak mereka. Sekrang telah santer terdengar adanya desas-desus telah terjadi terjadi perpecahan antara Mubarak dan Angkatan Darat, dan memilih mendukung para pengunjuk rasa. "Saya pikir dia (Mubarak) akan hilang dalam beberapa jam," katanya, seorang bersorak di di Tahrir Square.

"Kami tidak akan pergi sampai Mubarak didorong keluar seperti Ben Ali [digulingkan Presiden Tunisia]", teriak mereka. "Ini adalah sejarah jam, menit, bukan hari. Semuanya terjadi begitu cepat. Ini adalah awal dari sebuah era baru bagi Mesir, yang kita telah menunggu selama 30 tahun Kita sekarang. Bisa menyebutnya revolusi", galau mereka.

Saat di tanya oleh CNN tentang flash sticker di CNN, yang mengatakan bahwa Raja Arab Saudi, Abdullah telah menjanjikan dukungan untuk Mubarak?

Seorang demonstran tertawa: "Semua rezim-rezim Arab, mereka takut. Mereka tahu bahwa jika Mubarak jatuh, mereka akan mendapat giliran berikutnya, Tunis memberi inspirasi kami, tapi Mesir adalah awal dari akhir untuk rezim-rezim diktator di dunia Arab... Mereka semua takut sekarang. " mn/tm

Sumber: eramuslim

0 komentar:

Posting Komentar