22 Desember 2010

Ratusan Aktivis Perempuan HTI Menolak Kapitalisme

BANDUNG, (PRLM).-Hari Ibu dirayakan dengan aksi menolak kapitalisme dan perjuangan mendapatkan fasilitas menyusui di tempat umum. Aksi terpisah yang dilakukan dua kelompok berbeda itu dilakukan di depan Gedung Sate, Rabu (22/12).

Aksi dengan pengerahan massa yang besar dilakukan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ratusan aktivis perempuan muslim itu memenuhi ruang di luar pagar Gedung Sate. Mereka mengangkat isu ibu Indonesia menolak kapitalisme, dan memperjuangkan syariah dan khilafah.

Di dalam pernyataan sikapnya, Muslimah HTI mengungkapkan pada 2010 sebanyak 70 persen dari 43,4 juta penduduk miskin Indonesia adalah perempuan. Kemiskinan itu telah melanggengkan buruknya gizi dan kondisi kesehatan ibu, dan tingginya angka kematian ibu.

Berbeda dengan tuntutan kaum perempuan yang umumnya meminta kesetaraan gender, Muslimah HTI justru menganggap kesetaraan laki-laki dan perempuan akan memperburuk kondisi perempuan, dan akan merusak masa depan generasi mendatang.

“Kesetaraan laki-laki dan perempuan justru semakin mendorong perempuan sebesar-besarnya mengejar materi dan mengabaikan perannya sebagai pendidik generasi. Pengabaian peran ibu sebagai pendidik generasi, keretakan rumah tangga yang ditandai dengan tingginya gugat cerai, juga meningkatnya stress sosial yang dipicu oleh semakin banyaknya laki-laki yang menganggur dan perempuan bekerja, adalah dampak sosial nyata yang tidak bisa dihindari,” kata juru bicara Muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah.

Ditegaskannya, HTI menyerukan kepada semua pihak agar menyadari, bahwa gelombang kemiskinan yang melanda dunia adalah buah busuk dari penerapan sistem kapitalisme. Kapitalisme juga yang telah memperlakukan perempuan dengan keji, dengan menempatkan perempuan sebagai komoditi untuk dieksploitasi. Sitem itu, dianggap hanya mengukur partisipasi perempuan dalam pembangunan bangsa dari kontrubusi materi semata.

Dan seperti aksi HTI pada umumnya, aksi Muslimah HTI hari itu juga mengangkat isu penerapan syariah dan khilafah. Sistem khilafah diyakini HTI mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan.

Di lokasi yang sama, para ibu menyusi yang tergabung di dalam Aliansi Solidaritas Ibu (ASI) juga menggelar aksi memperingati Hari Ibu. Di dalam aksi itu, ASI menyerukan agar perempuan kembali ke fitrah, dengan menyusui dan memberikan hak air susu ibu bagi anak hingga usia minimal dua tahun.

ASI menyatakan keprihatinannya atas rendahnya angka ibu menyusui di Jawa Barat. Berdasarkan data Susena 2007 sampai 2008, tercatat angka ibu menyusui mengalami penurunan. "Pada 2007 cakupan pemberian ASI eksklusif di Jawa barat hanya 29,8 persen. Pada 2008 malah turun menjadi 17,6 persen,” kata Koordinator aksi ASI, Ade Romadoni.

Menurut Ade, penurunan itu disebabkan oleh banyak faktor, antara lain minimnya dukungan masyarakat dan pemerintah kepada ibu menyusui. Hal itu terlihat dari begitu minimnya fasilitas kesehatan dan fasilitas menyusui di tempat umum.

“karena kami mendorong agar Perda ASI di Jawa Barat agar segera diterbitkan. Karena di Perda ASI ditetapkan ketentuan untuk menyediakan fasilitas menyusui di tempat-tempat umum,” kata Ade.

Di Kota Bandung sendiri, kata Ade, baru ada dua mall yang menyediakan tempat menyusui yang memadai, yaitu Ciwalk dan BSM. ASI mengimbau agar mall, perkantoran, dan tempat publik lainnya segera menyediakan tempat menyusui yang memadai. (A-132/kur)***

Sumber: Pikiran Rakyat Online

0 komentar:

Posting Komentar