09 November 2010

Membangun Jiwa Mandiri


Benar, bahwa dalam hidup ini kita membutuhkan orang lain, itu pasti! Tetapi menikmati hidup dengan membebani orang lain adalah hidup yang tidak mulia. Kita sepakat bahwa para peminta cenderung lebih rendah daripada para dermawan. Oarang yang berharap pertolongan kepada manusia, lebih rendah posisinya dibanding dengan orang yang memiliki kemampuan menolong banyak orang.

Teman-temanku, menjadi manusia yang mandiri adalah manusia yang akan memiliki harga diri. Mandiri adalah sumber percaya diri. Mandiri membuat kita lebih tentram diri. Dan bangsa yang mandiri adalah bangsa yang akan mempunyai harga diri.Keuntungan dari mandiri, pertama, kita akan mempunyai wibawa sendiri. Sehebat-hebatnya peminta, pasti tidak akan pernah mempunyai wibawa.

Kedua, hidup menjadi lebih tenang, karena bertumpu pada kekuatan sendiri. Karena mereka yakin tidak ada satu mahluk pun kecuali sudah disiapkan rezekinya. Tugas kita menjemput dan mencarinya.

Keuntungan ketiga, kita makin percaya diri dalam mengarungi hidup ini. Orang-orang yang terlatih menghadapi masalahnya sendiri pasti akan berbeda semangatnya dalam menjalani kehidupan ini dibandingkan mereka yang selalu bergantung dan bersandar kepada orang lain.

Orang-orang yang mandiri cenderung lebih tenang. Karena selain siap mengarungi hidup ini, mereka juga memiliki mental yang mantap. Ingat! Mandiri adalah sikap mental.

Lantas bagaimana kita mengawali kemandirian? Pertama adalah tekad. Tekad dan niat untuk mandiri. Kita harus mempunyai konsep menjaga kehormatan diri, pantang menjadi beban. Jika dalam bermasyarakat luas nanti, jhanganlah kalian meminta ikan. Tetapi mintalah kail untuk memperoleh ikan. Maksudnya, janganlah menjadi peminta namun jadilah pengusaha. Jangan merindukan menjadi pekerja, namun rindukanlah bagaimana menjadi orang yang menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini penting karena banyak potensi bangsa kita ini yang tidak tergali.. Namun bukan berarti orang yangt bekerja pada orang lain tidak mandiri. Buruh, karyawan dan pekerja-pekerja lainnya, mereka adalah sosok mandiri. Penekanannya disini, kesungguhan berusaha agar tidak menjadi beban bagi orang lain.

Kedua adalah keberanian. Berani apa? Berani mencoba, berani memikul risiko. Dengan keberanian orang bisa bangkit untuk mandiri. Sesungguhnya, dunia ini adalah milik bagi pem berani, kehidupan dan kesuksesan hanyalah milik pemberani. Kehormatan dan harga diri adalah milik pemberani. Mereka yang pengecut tidak akan pernah mendapat apa-apa karena mereka melumpuhkan kekuatannya sendiri. Lawanlah ketakutan dengan keberanian. Memang segala sesuatu ada risikonya. Namun itulah yang harus kita hadapi. Kemandirian adalah milik pemberani. Orang yang bermental mandiri, tidak pernah menganggap kesulitan merupakan hambatan namun tantangan dan peluang. Kalau kita tidak berani mencoba, itulah kegagalan. Kegagalan tidak pernah terjadi pada orang-orang yang berani mencoba. Namun, kegagalan terjadi pada orang yang tidak mau mencoba.

Kunci ketiga adalah menikmati proses, karena segalanya butuh proses. Kita tidak boleh berharap semuanya harus serba instan. Sekarang keterpurukan yang terjadi pada kita adalah kita ingin segera dapat melihat hasil. Padahal tidak mungkin hasil terjadi sekaligus. Hasil belum tentu bisa dinikmati namun kita harus belajar menikmati proses perjuangan, menikmati setiap tetes keringat dan air mata. Karena perjuanganlah nilai kehormatan kita yang sebenarnya bisa terwujud. Janganlah kita terlalu memikirkan hasil. Tetapi lakukanlah tugas kita dengan sebaik baik-baiknya.

Dan kunci terakhir yaitu keempat, adalah hal yang paling penting. Yaitu tingkat keyakinan kita kepada Tuhan. Karena mustahil kita diciptakan di dunia ini tanpa tujuan. Bergantung kepada manusia hanya akan menyiksa diri, karena belum tentu dia mampu menolong dirinya sendiri.

Jangan sampai kegigihan kemandirian membuat kita merasa kuat dengan kemampuan kita namun kemandirian itu justru harus membuat kita semakin rendah hati. Iringi kegigihan untuk mandiri. Mandiri bukan untuk sombong namun agar kita punya harga diri dan bisa berprestasi.
Sumber: Husna AfzArt's Blog

0 komentar:

Posting Komentar