28 Oktober 2010

MERAPI MELETUS LAGI

Letusan Gunung Merapi pada Selasa (26/10) sore tergolong cepat. Penentuan status dari Siaga ke Awas hanya memerlukan waktu beberapa hari. Sejak dinyatakan Awas, Merapi justru mengeluarkan awan panas kurang dari 24 jam dari status yang ditetapkan oleh pemerintah. Terlalu cepatnya letusan ini menimbulkan banyak korban awan panas yang pada 2006 justru tak ada korban, kecuali dua orang terpedam di banker. Tercatat sedikitnya 13 orang meninggal terkena awan panas. Mengapa Merapi banyak menimbulkan korban di tahun 2010? Inilah kata ahli gunung berapi dan aktivis kepada Tempo, Rabu, (27/10) pada kesempatan terpisah. (tempointeraktif.com)

“Kami mendengar tiga ledakan sekitar 6:00 (1100GMT) mengeluarkan material vulkanik setinggi 1,5 km ke atas dan awan hitam turun ke lereng-lereng,” kata Surono seperti yang ia laporkan ke kantor berita AFP.

Profesor Kirbani Sri Brotopuspito, ahli kegunungapian dari Universitas Gadjah Mada mengatakan, bahwa pemantauan yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) sudah sangat bagus. Pemberian status Gunung Merapi dari Siaga ke Awas dilakukan dengan sangat cermat dan tepat. Terbukti, sejak diberikan status Awas, tak sampai dua hari Gunung Merapi meletus. Hanya saja yang justru mengherankan penanganan bencana tahun ini lebih banyak memakan korban ketimbang peristiwa yang terjadi pada 2006. Mestinya dengan penentuan status Awas ini maka seharusnya semua warga kawasan rawan bencana (KRB) III sudah evakuasi. (tempointeraktif.com)

Jumlah korban tewas di sekitar kediaman juru kunci Gunung Merapi Surakso Hargo atau Mbah Maridjan akibat letusan gunung teraktif di Indonesia hingga Rabu bertambah dari 13 orang menjadi 16 orang. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Komandan Angkatan Laut Kolonel Pramono mengatakan, tim ini saat menuju rumah Mbah Maridjan untuk melakukan evakuasi menemukan sebanyak 12 mayat, belum termasuk mayat yang ditemukan di rumah Mbah Maridjan sebanyak empat orang. (kompas.com)

Sementara itu, dua relawan Palang Merah Indonesia (PMI) tewas bersama 14 orang lainnya di sekitar rumah juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan. Relawan itu tewas terkena awan panas ketika akan menjemput Mbah Maridjan. “Relawan PMI tersebut bernama Tutur Priyono dan kini berada di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta,” kata Sekretaris PMI Kecamatan Pakem Wahyu Dwi Hantoro. Menurut dia, Tutur tewas saat akan menjemput Mbah Maridjan. Tutur terkena awan panas Gunung Merapi. Nama relawan PMI lainnya yang tewas diketahui bernama Wahono. (kompas.com)

Longsor bebatuan tumpah di lereng Merapi sebelum fajar pada hari Selasa dan hembusan abu meningkat 50 meter ke udara dan terus bergemuruh, “Kita sedang melihat sebuah letusan berpotensi besar, lebih besar dari apa yang telah kita lihat dalam beberapa tahun.” Lebih dari 50.000 orang yang hidup dalam bayang-bayang gunung berapi, terletak di utara ibukota kebudayaan Jawa, Yogyakarta, kini sedang menghadapi evakuasi. (aljazeera.net)

Sedangkan Antara melaporkan bahwa sejak 17.02 WIB hingga 17.34 WIB terjadi empat kali awan panas dan sampai sekarang awan panas terus muncul susul menyusul tidak berhenti,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Selasa. Awan panas pertama yang muncul pada pukul 17.02 WIB tersebut mengarah ke barat, namun awan panas berikutnya tidak dapat terpantau dengan baik karena kondisi cuaca di puncak Merapi cukup gelap dan hujan.

Sirine bahaya di Kaliurang Sleman berbunyi pada pukul 17.57 WIB, dan pada pukul 18.05 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menarik semua petugas dari pos pengamatan. “Pada 2006, awan panas terjadi selama tujuh menit, namun pada tahun ini awan panas sudah terjadi lebih dari 20 menit,” katanya.

Pada pukul 18.00 WIB terdengar letusan sebanyak tiga kali yang terdengar dari pos Jrakah dan pos Selo yang disusul dengan asap membumbung setinggi 1,5 kilometer mengarah ke selatan. “Tipe letusan Merapi sudah dipastikan eksplosif,” katanya.

Mbah Marijan Meninggal?
Gunung Merapi telah meletus namun juru kunci Gunung Merapi Mbah Maridjan sebelumnya belum diketahui keberadaannya. Tadi pagi (27/10) TvOne merilis berita tentang penemuan tim SAR akan adanya jenazah yang mirip dengan Mbah Marijan. Menurut laporan tim SAR, jenazah ini ditemukan dalam keadaan bersujud.

Seorang anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Slamet, mengatakan, saat dilakukan penyisiran pada Rabu (27/10) pagi ditemukan sesosok mayat dalam posisi sujud di dalam kamar mandi rumah Mbah Maridjan. “Kemungkinan mayat yang ditemukan tersebut adalah Mbah Maridjan, namun ini belum pasti karena wajah dan seluruh tubuhnya sudah rusak dan sulit dikenali lagi,” ujarnya.Menurut dia, mayat tersebut ditemukan di dalam kamar mandi rumah dalam posisi sujud dan tertimpa reruntuhan tembok dan pohon.”Biasanya di dalam rumah Mbah Maridjan tersebut hanya ditinggali oleh Mbah Maridjan sendiri,” katanya.

Tim medis, seperti dilaporkan detiknews.com, akan melakukan tes DNA pada jasad Mbah Maridjan. Langkah ini diambil untuk benar-benar meyakinkan bahwa korban meninggal yang ditemukan dalam posisi sujud di dapur rumah Mbah Maridjan itu benar-benar kakek 83 tahun itu. “Kita masih menunggu tes DNA,” kata Kepala Rumah Sakit dr Sardjito, Heru Krisno Nugroho, dalam jumpa pers di RS Sardjito, Sleman, Yogyakarta, Rabu (27/10/2010).Ironi Media di Tengah Pemberitaan Merapi

Laporan terakhir ini hanyalah ungkapan ironis. Ketika seluruh media pemberitaan, televisi, internet, koran, dan sebagainya sedang melaporkan detail peristiwa ledakan gunung merapi, Rajawali Citra Televisi malah menayangkan berita hebohnya foto erotis pra wedding Julia Perez dan Gaston Castano.

“Ironi ini menggambarkan betapa rusaknya aqidah kita. Seharusnya, bencana banjir besar, letusan gunung merapi dan tsunami di Sumatra Barat menyadarkan kita, bahwa kelakuan bejat bangsa kitalah yang mengundang bencana itu datang bertubi-tubi. Sudahlah kelakuan mereka (baca: perez dan kekasihnya) simpan di nomor urut terakhir dalam pemberitaan, bukan malah mengambil angle pembelaan ala perspektif dia”, tutur Yudi Wahyudin, ketua PD. Pemuda Persis Garut. (Sumber : http://pemudapersisgarut.wordpress.com)

0 komentar:

Posting Komentar