07 Februari 2011

Bangunan SD Ciparakan Ciamis Ambruk


CIAMIS, (PRLM).- Ruang belajar Kelas V sekaligus Kantor Guru/Kepala Sekolah SDN 1 Ciparakan di Dusun Bantardawa RT 03/04, Desa Ciparakan Kec. Kalipucang, Ciamis, ambruk, Sabtu (5/2) sore. Untungnya peristiwanya terjadi sekira pukul 15.30 WIB, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa, baik siswa maupun guru.

Kendati demikian, ambruknya satu ruang kelas milik SDN 1 Ciparakan itu, menyebabkan proses belajar mengajar dan tatalaksana sekolah terganggu. Pasalnya, sebelum ambruk, sekolah ini hanya memiliki tiga ruangan tempat belajar mengajar saja, walau memiliki enam rombongan belajar (dari Kelas I sampai VI).

Kepala SDN 1 Ciparakan, Ade Rusdianto, didampingi beberapa gurunya mengatakan, penyebab ambruknya 1 (satu) ruang belajar di sekolahnya akibat hujan deras. Penyebab lainnya, kondisi bangunan yang ambruk tersebut, benar-benar telah lapuk karena dimakan usia.

"Selain ruangan Kelas V yang ambruk, ruang belajar yang biasa digunakan tempat belajar Kelas III dan IV sudah sangat mengkhawatirkan. Kondisi ruang belajar tersebut, kayu-kayu penyangga atap telah lapuk, sehingga sebagian besar gentingnya berjatuhan ke tanah," kata Ade.

Ketua Komite SDN 1 Ciparakan, Nanang Sobana menjelaskan, dirinya mengetahui salah satu ruang belajar di sekolah itu ambruk, saat berada di rumah. Kebetulan rumah dan sekolahnya berdekatan.

Saat itu, kata dia, terdengar suara gemeretak sangat keras, seperti pohon tumbang. Curiga dengan suara tersebut, dia bersama beberapa warga, mencari tahu ikhwal suara mencurigakan ke sekitar sekolah. Ternyata salahsatu ruangan di sekolah ambruk.

"Kondisi bangunan sekolah yang selama ini dikhawatirkan ambruk, ternyata benar terjadi. Saya hanya bisa tertunduk, ketika melihat dinding tembok roboh, kayu dibagian atap berantakan, dan genting pecah berkeping-keping," papar Nanang.

Kusdianto, seorang guru menjelaskan, sejak tahun pelajaran 2006/2007, pihaknya sebenarnya telah mengajukan proposal untuk perbaikan bangunan. Akan tetapi, sampai tahu pelajaran 2010/2011, perbaikan bangunan tak kunjung dilakukan pemerintah.

"Permohonan perbaikan bangunan, telah disampaikan kepada pemerintah sejak tahun pelajaran 2006/2007. Bahkan, sekitar Oktober 2010, pihak tertentu dari Jakarta telah melakukan survey ke sekolah kami, namun realisasi pembangunan belum ada," kata Kusdianto.

Dia mengatakan, akibat ambruknya satu lokal sekolahnya, satu ruangan yang ada harus digunakan untuk dua rombongan belajar. "Sebelum salah satu bangunan ambruk pun, proses pembelajaran yang dilakukan di SDN 1 Ciparakan menggunakan sistem belajar kelas rangkap. Apalagi sekarang, ruangan yang layak digunakan hanya 2 ruangan, maka 1 ruangan akan digunakan untuk 3 rombongan belajar," ujarnya. (A-112/das)***

Re-post from: Pikiran Rakyat Online

0 komentar:

Posting Komentar